Total Tayangan Halaman

Rabu, 18 Mei 2011

Sepenggal Sejarah Fisika

Sepenggal Sejarah Fisika

Perkembangan peradaban kuno tidak kalah hebatnya dengan peradaban modern. Di India sudah dikembangkan astronomi mulai 550 M, kedokteran pada abad keempat sebelum Masehi. Bidang optika sudah dikembangkan pada abad kesembilan Masehi di negara-negara Islam. Di Cina, para Mohist yang merupakan pengikut Mo Ti (479-381 SM) sudah melakukan penelitian di bidang optika, mekanika, dan metode membangun benteng. Pada masa kekuasaan Alexandria, dalam setiap perjalanannya, Alexander selalu membawa serta para insinyur, para ahli geografi dan para ahli survey. Orang-orang itu membuat peta atas wilayah-wilayah yang telah ditaklukkan, mencatat sumber-sumber alam yang tersedia, dan mengumpulkan berbagai hasil pengamatan. Informasi yang dikumpulkan itu, menjadi sumber terjadinya perubahan sains di Yunani dari yang bersifat spekulatif ke empiris. Masyarakat kuno juga sudah menyadari bahwa pendidikan itu penting untuk kemajuan kesejahteraan hidup. Hal ini terlihat dari adanya pembangunan sekolah-sekolah dan museum-museum untuk penelitian sains.
Walaupun peradabannya tampak kuno namun semuanya dilakukan dengan teknik-teknik yang sederhana. Hasil-hasil perhitungan mereka mendekati akurat. Misalnya, Erathostenes dari Kirene (284-192 SM) memperkirakan diameter dengan metode berikut. Ia mengamati bahwa pada saat matahari berada tepat di atas kepala, yaitu tengah hari musim panas di Syene, di Alexandria matahari berada pada posisi 7 derajat dari garis vertikal. Alexandria berada pada jarak 5000 stades di sebelah utara Syene. Dari data itu, Erathostenes memperkirakan keliling bumi adalah 250.000 stades. Hasil perhitungan Erathostenes untuk diameter antar kutub-kutub bumi hanya 50 mil lebih pendek dari hasil perhitungan modern. Orang-orang Cina sudah mengetahui bahwa diameter utara-selatan bumi lebih pendek dari diameter timur-barat bumi. Di negara Islam, Al-Hazen (965-1038) melakukan percobaan tentang kaca pembesar yang hampir membawanya pada teori modern tentang lensa cembung. Dan dalam bidang pembiasan ia mengatakan bahwa teori Ptolemous yang menyatakan bahwa perbandingan antara sudut datang dan sudut bias hanya berlaku untuk sudut datang kecil.
Mereka sangat teliti dan telaten dalam mengerjakan apa yang mereka yakini benar. Mereka juga tidak mudah menyerah walaupun ide yang mereka ungkapkan bertentangan dengan pandangan orang secara umum, ajaran Gereja. Karena begitu kuatnya kepercayaan mereka akan sesuatu yang mereka yakini, tidak jarang terjadinya pertentangan antar kelompok. Misalnya, di Cina terjadi pertentangan antara dua kelompok, yaitu kelompok Mohist dan kelompok logika. Kelompok Mohist sangat menekankan pengalaman atau eksperimen sebagai satu-satunya cara untuk mendapatkan pengetahuan sementara kelompok logika sangat kelompok logika sangat mengagungkan pemikiran. Menurut kelompok logika pengalaman merupakan suatu ilusi. Contoh lain adalah di negara-negara Islam yaitu, antara sekte Sunni dan sekte Qarmati. Sekte Qarmati menulis ensiklopedia yang berisi pembahasan-pembahasan ilmiah. Karya tersebut dinilai menghujat Tuhan oleh sekte Sunni.
Orang-orang jaman kuno mempunyai tujuan yang sama dengan orang-orang jaman modern, yaitu berusaha mencapai kesejahteraan hidup, yang memang merupakan tujuan hidup manusia. Adanya usaha untuk mencapai kesejahteraan hidup ini menjadi awal pengembangan sains. Sains tidak berkembang dengan mulus tetapi penuh dengan hambatan-hambatan. Dalam perkembangannya, sains tidak begitu saja diterima secara langsung oleh publik. Ide-ide baru yang muncul terus dipertanyakan jika ada keraguan (skeptis). Ide-ide tersebut baru diterima oleh publik jika sudah tidak ada hal yang meragukan sesuai dengan pengetahuan dan keadaan pada saat itu. Seiring dengan adanya ide-ide baru yang muncul, bisa saja ide-ide yang tadinya sudah diterima dipertanyakan kembali. Ini menunujukkan bahwa kebenaran sains adalah bersifat sementara. Artinya, kebenarannya hanya bertahan sampai ada fakta lain yang membuktikan bahwa hal itu adalah salah.
Misalnya, teori heliosentris yang dikemukakan oleh Copernicus yang menentang ajaran Gereja. Karya Al-Hazen dalam bidang optika yang menentang teori Euclid, Ptolemous, dan para ilmuwan purba yang menyatakan bahwa mata dapat melihat karena dari mata keluar cahaya. Jika ini benar maka dipertanyakan mengapa kita tidak bisa melihat benda di dalam ruangan gelap. Al-Hazen berpendapat bahwa cahaya berasal dari benda, bukan dari mata. Cahaya dari benda menyebar ke mana-mana. Di Roma, Galen membedah dan menyelidiki hewan-hewan hidup dan mati, namun ia tidak pernah malakukan pembedahan manusia. Melalui pembedahan itu, ia menunjukkan bahwa Erasistratus keliru mengenai isi arteri. Menurutnya pembuluh arteri bukan berisi udara melainkan darah. Di Alexandria, Herophinus (300 SM) orang pertama yang melakukan pembedahan di depan publik. Ia mengamati otak sebagai pusat kecerdasan bukan hati seperti yang dikatakan oleh Aristoteles. Adanya perkembangan sains ke arah konsep yang semakin maju menjadi bukti bahwa masyarakat kuno sudah sangat kritis.
Penemuan sains di dua tempat yang berbeda dapat mendapatkan hasil yang hampir sama. Misalnya, di Yunani, Archimedes menghitung  sebagai hasil perbandingan antara keliling dengan diameter lingkaran yang nilainya 3,14 sedangkan di Cina pada abad pertama Masehi, nilai  adalah  atau 3,16. Penemuan sains di kedua tempat yang berbeda dapat mempunyai tujuan yang sama walaupun memiliki prinsip yang berbeda. Misalnya, dalam alkimia, bangsa India dan Cina sama-sama bertujuan untuk mencari cara mengatasi kematian yang melibatkan proses pembuatan emas. Seperti terjadi di mana pun, materi dasar pada pembuatan emas adalah air raksa dan belerang. Bangsa Cina dan India memiliki pandangan yang berbeda mengenai belerang dan raksa. Menurut bangsa Cina, belerang diyakini sebagai prinsip laki-laki dan air raksa sebagai prinsip perempuan sedangkan di India diyakini sebaliknya, yaitu belerang diyakini sebagai prinsip perempuan dan air raksa sebagai prinsip laki-laki.
Perkembangan sains tidak terlepas dari pengaruh ajaran agama. Misalnya, teori Galen yang sangat teori kedokteran sampai jaman modern. Karya-karyanya selain terkenal karena lebih berguna dibandingkan dengan bidang-bidang astronomi atau geografi juga sejalan dengan ajaran agama baik Islam dan Gereja abad pertengahan. Imam-imam Yesuit selain mengajarkan ajaran Gereja mereka juga mengajarkan metode sains yang telah mereka dapatkan di wilayah yang mereka datangi.
Sains mengalami perkembangan secara bertahap dan mengalami perubahan dalam jangka waktu yang sangat lama dan memerlukan pengorbanan yang sangat besar dari berbagai generasi. Oleh karena itu, berkembangnya sains tidak terlepas dari peranan orang-orang jaman kuno. Sains akan terus berkembang ke arah yang semakin modern dari peradaban yang satu ke peradaban manusia berikutnya. Dan sampai sekarang pun, sains tetap terus berkembang. 

Belajar menjadi Guru


1.      Kriteria guru yang baik adalah :
·   Guru yang tidak sekedar bekerja sebagai orang yang memberi tahu, tetapi juga membantu membentuk kepribadian muridnya (menjadi teladan murid-muridnya)
·      Guru yang peduli dan menyayangi anak didiknya, dan akan berusaha semaksimal mungkin demi kemajuan anak didiknya.
·      Guru yang menganggap muridnya tidak hanya sebagai anak didik, tetapi juga seorang anak dan teman, sehingga dapat lebih dekat dengan murid-muridnya.
·         Bersikap adil/tidak pilih kasih kepada semua anak didiknya.
·         Lembut dan penuh perhatian (berbicara kepada muridnya secara halus, penuh perhatian dan tidak galak)
·    Guru yang tidak hanya membuat muridnya mengerti apa yang diajarkan, tapi memacu murid menjadi untuk lebih baik.
·         Mampu menyampaikan materi pelajaran kepada siswanya dengan baik dan jelas dan siswanya itu mampu menguasari materi yang diajarkan baik secara teoritis maupun praktis
·     Ketika mengajar dapat menyampaikan materi secara baik dan benar tanpa membuat muridnya merasa jenuh, pusing, tak mengerti, atau takut.
·      Tetap ramah ketika bertemu dengan muridnya walaupun tidak sedang berada di sekolah, namun tetap tegas bila ada yang berbuat kesalahan.
·         Mau mendengar keluh kesah murid-muridnya, saran maupun kritik.
·    Memiliki rasa malu dan rasa takut. Dalam hal ini yang dimaksud rasa malu adalah malu untuk melakukan perbuatan salah, sementara rasa takut adalah takut dari akibat perbuatan salah yang kita lakukan. Dengan memiliki kedua sifat ini maka setiap perbuatan yang akan kita lakukan akan lebih mudah kita kendalikan dan dipertimbangkan kembali apakah akan terus dilakukan atau tidak.
·         Luwes dalam bergaul.
·         Mampu menyelami pikiran dan perasaan anak.
·         Peka terhadap tuntutan keadilan.
·         Mempu mengadakan organisasi.
·         Kreatif dan rela membantu.
·         Mampu membina hubungan yang baik dengan guru yang lain.
·     Tidak sombong.Tidak menyombongkan diri di hadapan murid/ membanggakan diri sendiri, baik ketika sedang mengajar ataupun berada di lingkungan lain.(tidak merendahkan siswa)
·         Mengetahui sumber-sumber belajar.
·         Mampu berfikir kritis dan terampil menyelesaikan masalah.
·        Mempunyai penghayatan terhadap nilai-nilai kehidupan, seperti : kejujuran,memiliki motivasi kerja yang tinggi.
Cara agar dapat menjadi seorang guru yang baik :
·         Menguasai materi pelajaran yang akan diberikan kepada siswa dengan baik.
·        Berlaku bijaksana (menyadari bahwa setiap siswa memiliki tingkat kepandaian yang berbeda-beda).
·         Mampu mengendalikan emosi (melatih kesabaran).
·         Belajar terus menerus/tidak pernah merasa puas dengan ilmu yang telah dipelajarinya.
·  Berlaku adil. Berusahalah berlaku adil dalam memberi penilaian kepada siswa. Jangan membeda-bedakan siswa yang pandai/mampu dan siswa yang kurang pandai/kurang mampu Serta tidak memuji secara berlebihan terhadap siswa yang pandai di hadapan siswa yang kurang pandai.
·         Melatih disiplin diri.
·         Mampu berefleksi
·         Mempunyai kemampuan memutuskan
·         Pengetahuan yang cukup tentang siswa dan cara belajarnya

2.      Agar proses pembelajaran berkualitas dan mencapai sasaran, maka komponen yang perlu diperhatikan dan dioptimalkan adalah :
ü  Materi yang di ajarkan
ü  Tempat belajar dan lingkungan sekitar
ü  Kesiapan/motivasi siswa dalam belajar
ü  Kemampuan berkomunikasi guru
ü  Waktu belajar
ü  Prosedur distatik
ü  Media pengajaran
ü  Sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran (penggunaan alat peraga)
ü  Cara melakukan evaluasi
ü  Mengenal murid yang sedang belajar
3.      Persamaan Perkembangan, Kematangan, Pendidikan dan Belajar: pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama yaitu membuat perubahan lebih maju atau kedewasaan dan kemandirian seseorang.
Perbedaan :
Pendidikan            : bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada orang yang belum dewasa, agar ia mencapai kedewasaannya.
Belajar         : aktifitas mental yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas.
Perkembangan       : Proses berlangsungnya perubahan-perubahan dalam diri seseorang yang membawa penyempurnaan dalam kepribadiannya.
Kematangan      : tujuan atau hasil akhir dari suatu perkembangan, dengan kata lain perkembangan merupakan proses untuk mencapai suatu kematangan.

4.      -     Aspek Kognitif adalah pengetahuan dan pemahaman terhadap sesuatu.
Contoh : siswa paham tentang prinsip/hukum Archimedes dan hafal rumusnya.
-          Aspek Konatif adalah aspek pikiran yang berhubungan dengan perilaku.
Contoh : siswa setelah belajar agama dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
-    Aspek Afektif adalah aspek yang meliputi penghayatan berbagai kebutuhan,baik biologis maupun psikologis,dan penentuan diri sebagai makhluk yang bebas dan rasional.
Contoh : siswa yang membaca buku-buku untuk menunjang prestasi belajarnya
-  Aspek social adalah aspek yang dapat melatih siswa untuk membina hubungan baik dengan lingkungannya.
Contoh : dalam diskusi kelompok siswa dapat belajar menghargai pendapat orang lain.
-          Aspek motorik adalah aspek yang melibatkan gerak tubuh.
Contoh : siswa terampil dalam melakukan percobaan fisika.

5. Persamaan pendidikan di sekolah dan keluarga adalah keduanya sama-sama bertujuan untuk perkembangan diri siswa/anak.
Perbedaan antara pendidikan di sekolah dan keluarga :
·      Pendidikan di sekolah dimulai pada saat anak mencapai umur tertentu dan lebih mengarahkan anak supaya memperoleh pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, sikap dan nilai yang semuanya menunjang kepribadian. Dalam pelaksanaannya terencana dan terorganisir.
Contoh : kegiatan di sekolah yang terjadwal/adanya jadwal pelajaran.
·    Pendidikan di keluarga dimulai dari sejak lahir dan lebih mengarah anak dalam sikap/perilaku dan dalam pelaksanaanya tidak terencana dan tidak terorganisir.
Contoh : kegiatan yang dilakukan dapat berubah-ubah setiap harinya, misal seperti :waktu makan,waktu mandi.

6.      Perbedaan antara proses belajar, hasil belajar, dan prestasi belajar :
-          Proses belajar adalah proses kegiatan mental yang tidak dapat di saksikan dari luar, apa yang sedang terjadi didalam diri seseorang yang sedang belajar.
-          Hasil belajar adalah penyempurnaan atau pengembangan dari suatu kemampuan yang telah di miliki sebelumnya.
-          Prestasi belajar adalah dimana anak sudah mampu menerapkan hasil belajar dalam nilai-nilai akademik (jika itu dalam sekolah).

Rabu, 16 Maret 2011

Sebuah Prasasti d Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat

Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together)

Salah satu model kooperatif learning adalah pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together). Model ini dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. NHT adalah metode pembelajaran dalam bentuk kelompok, setiap siswa akan mendapat nomor dalam kelompoknya, kemudian guru akan memanggil salah satu nomor untuk  menjawab pertanyaan yang diajukan.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.
Menurut Lie (2010:60) tahapan dalam metode pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah sebagai berikut:
Tahap 1: Penomoran
Siswa dibagi dalam kelompok dan setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
Tahap 2: Mengajukan pertanyaan
Guru memberikan tugas kepada setiap siswa berdasarkan nomornya dan siswa diminta mengerjakan bersama dengan kelompoknya.
Tahap 3: Berpikir bersama
Kelompok menyatukan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap kelompok mengetahui jawaban tersebut.
Tahap 4: Menjawab
Guru menyebut suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya dipanggil mengangkat tangannya dan menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) merupakan sebuah variasi diskusi kelompok yang ciri khasnya adalah guru akan menyebutkan nomor siswa, siswa yang nomornya disebutkan saling berebutan mewakili kelompoknya untuk menyampaikan jawaban di depan kelas, dan demikian untuk seterusnya. Kelompok yang mampu menjawab dan menjelaskan dengan benar akan mendapat penghargaan untuk memotivasi siswa atau kelompok lainnya. Dengan cara ini akan menjamin keterlibatan total semua siswa dan merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok. Metode ini juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Dengan adanya keterlibatan total semua siswa tentunya akan berdampak positif terhadap motivasi belajar siswa.

Tips Pengelompokan Siswa

Pengelompokan Heterogenitas Berdasarkan Kemampuan Akademis (Lie, 2010:42)
Langkah I    : mengurutkan siswa berdasarkan kemampuan akademis
Langkah II  : membentuk kelompok pertama
Langkah III : membentuk kelompok selanjutnya